Jumat, 11 September 2009

JAN HUSS

I. PENGANTAR
Jan Huss lahir sekitar tahun 1370. Dia mendapatkan gelar Master pada fakultas seni Universitas Praha. Huss menerima tabisan imamat pada tahun 1400. Huss membaktikan dirinya dalam bidang pembelajaran teologi. Kariernya di tengah masyarakat tidak jelas kelanjutannya. Pada saat Huss hidup, keadaan Bohemia (Ceko) masih menjadi tempat keberadaan beberapa bidaah seperti Cathar dan Waldensis. Praktek hidup keagamaan di negeri itu sangat dangkal. Para prelat dan klerus yang kebanyakan berkebangsaan Jerman seringkali mengabaikan kewajiban tinggal ( residensi) dan reksa rohani. Tidak sedikit diantara mereka yang mengesampingkan selibat dan hidup penuh skandal. Mereka tidak terikat pada lembaga kepausan dan hierarki. Kanonik Regular Santo Agustinus dan para rahib Karthusian mempelopori pembaruan pola hidup menggereja. Kaum berjubah ini menebarkan ”devotio moderna” seperti halnya yang berkembang di Belanda, tetapi jemaat Kristen di Bohemia tidak begitu berantusias menanggapinya.

II. AJARAN
Huss adalah seorang imam pengkhotbah yang terkenal dan juga seorang teolog. Ia terpanggil untuk mewartakan Injil secara bebas, memasyarakat, penyambutan komuni dalam dua rupa, serta memberlakukan ketentuan hukum sipil bagi para pelaku dasa berat. Huss mengajarkan bahwa Gereja seharusnya tidak memiliki kekayaan dan hak milik, mengecam korupsi yang terjadi dalam gereja, terutama praktak laksisme di bidang moral oleh para imam, dan melarang campur tangan paus dalam masalah-masalah sipil. Perayaan-perayaan liturgis dan sejumlah doktrin-doktrin yang tidak alkitabiah dilarangnya. Huss menyerang ”aib ” gereja dan dosa para klerus Bohemia, dan juga mempelajari doktrin Wycliffe.
Huss mengkhotbahkan ajaran Wycliffe dengan sangat terbuka, tetapi tanpa kebijaksanaan dan keadilan, dan membangkitkan gairah oposisi di Bohemia. Huss mempunyai karakter yang keras, penampilannya agak arogan, memendam fanatisme yang tidak sehat, disertai jiwa dan rasa nasionalisme yang cenderung chauvinistik. Huss menentang ketetapan indulgensi yang dimaklumkan oleh Paus Yohanes XXIII. Indulgensi paus ditujukan bagi mereka yang berperan serta dalam perang salib untuk memerangi Raja Ladislaus dari Napoli, pendukung Gregorius XII. Bulla paus dibakar dalam suatu kerusuhan di Praha. Paus kemudian menetapkan ekskomunikasi terhadap Huss dan menjatuhkan interdik atas kota Praha pada tahun 1412. Huss kemudian meninggalkan kota Praha, dan kemudian berlindung di Puri Austie.
Di Puri Austie, Huss menulis karya yang berjudul “De Ecclesia” atau On the Church pada tahun 1413. De Ecclesia mengungkapkan bahwa otoritas gerejawi maupun sipil, jika bertentangan dengan hukum Kristus, maka otoritas itu tidak sah. Tidak seorangpun dalam keadaan dosa berat dapat memikul tugas atau tanggungjawab kegerejaan dan sipil. Ekskomunikasi dan sensor gereja bertentangan dengan kristianisme. Dalam waktu sekejap, gerakan dan ajaran Huss nyaris menjiwai seluruh Bohemia.

III. AKHIR HIDUP
Kaisar Sigismundus, saudara kandung Raja Winceslaus berikhtiar menjinakkan pengaruh Huss. Huss diminta datang pada Konsili Konstanz, yang digelar pada bulan November 1414 untuk menunjukkan ortodoksi ajaran dan pandangannya di hadapan para konsiliaris. Hati kecil Huss berharap agar para konsiliaris bertobat dan memeluk doktrin-doktrinnya. Para penentang Huss melawannya dengan gigih. Pada tanggal 4 Mei 1415, ke-45 doktrin ajaran Huss dinyatakan sesat oleh konsili. Huss dipenjarakan, dan pada tanggal 6 Juli 1415, ia ditetapkan sebagai bidaah karena menolak berkompromi dengan gereja. Konsili kemudian menyerahkannya kepada penguasa sipil untuk mengeksekusi hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Pada hari yang sama, eksekusi mati dilaksanakan. Huss mati dengan penuh keberanian, membela dan mempertahankan ajarannya, sambil berdoa dengan penuh bakti kepada Allah segala ciptaan.








JOHN WYCLIFFE (1320-1384)
I. PENGANTAR

John Wycliffe dilahirkan di Yorskire dalam keluarga bangsawan Anglosaxon, dan disegani kepiyawaannya dibidang filsafat dan teologi. Ia sangat mengagumi prinsip kemiskinan Injil. Setelah ditahbiskan menjadi Imam, ia melayani di sebuah paroki kaya di bilangan Lutterworth. Ia sempat membentuk serikat pengkotbah, yang disebut pengkotbah-pengkotbah kemiskinan (Loilard = Imam miskin). Mereka menyangkal harta benda duniawi.
Wycliffe mengenyam pendidikan di Oxford dan kemudian mengajar serta menjadi seorang "bintang" di Universitas Oxford. Dengan penuh kegiatan, ia mempelajari Kitab Kudus. Dan akhirnya dia menarik kesimpulan bahwa ajaran di dalam Kitab Kudus itu dapat dimengerti oleh tiap manusia di bawah pimpinan Roh Kudus, tanpa bantuan teolog dan pemimpin Gereja

II. PERANANNYA
Cita-citanya adalah membentuk suatu Gereja Katolik nasional di Inggris, terlepas dari yuridiksi Paus. Ia tidak setuju dengan ajaran tentang transubstansi. Baginya Tubuh Kristus tidak ada dalam sakramen secara kolporal, melainkan secara sakramental, spiritual dan virtual. Ia juga mengemukakan, Kitab Suci merupakan satu-satunya kriteria bagi setiap tindakan yang dilakukan Gereja. Untuk mempermudah pengenalan Kitab Suci, ia bersama murid-murid terbaiknya menterjemahkan kedalam Bahasa Inggris.
Wycliffe juga mengajarkan bahwa hanya satu Gereja yang mengikuti kerendahan dan kemiskinan Kristus, yakni Gereja yang benar. Dalam konteks ini, ia tidak mengacu sama sekali pada Gereja yang dipimpin Paus di Roma. Akan tetapi dia mendukung kebijakan pemerintah Inggris untuk tidak membantu Gereja dengan pemberian-pemberian.
Dalam ajarannya juga, ia menentang ajaran Gereja mengenai sakramen tobat dan tentang indulgensi. Dia hendak menyerang "hak" paus atas milik lembaga-lembaga gerejani di Inggris dan kebebasan para Klerus dari pengadilan Raja. Akhirnya dia dikecam sebagai seorang penyebar ajaran sesat, namun ia tidak dikejar-kejar melainkan dapat menikmati udara bebas.
Wycliffe melancarkan kritik kapada kuria Roma, karena kemerosotan tata tertib hidup menggereja, guncangan demi guncangan yang disebabkan oleh skisma tidak dilaksanakan secara konsekuen keputusan-keputusan konsili.
Ia mula-mula memperkenalkan pandangan dan ajarannya yang menyulut konflik terbuka terhadap gereja Katolik Roma. Sejak tahun 1376, dalam kotbah dan karyanya [De Divino Domino: De Civili Domonio] ia menyatakan pandangannya berikut; kekuasaan duniawi dan kekayaan meteril merupakan sumber keruntuhan Gereja. Hal-hal tersebut tidak didamaikan sama sekali dengan ajaran Kristus dan Para Rasul; gereja harus miskin; yang paling baik adalah negara mengambil alih semua hak milik dan kekayaan materil Gereja dan menjadikannya hak milik negara; sebagai gantinya Gereja menjamin kehidupan para Imam atau petugas Gereja; persepuluhan dan pengumpulan kolekte untuk indulgensi dinyatakan sebagai Simoni.
Karena tindakan itu, Wycliffe dipandang menentang hak milik kebiaraan. Tarekat Religius baginya tidak lebih dari sekte keagamaan. Lantaran laporan-laporan negatif dari kaum Religius mengenai dirinya, maka Paus Gregorius XI mengecamnya sebagai predator yang merugikan negara dan Gereja sehingga akhirnya dia diekskomunikasi.
Kemudian Wycliffe menegaskan bahwa kepausan adalah suatu lembaga anti Kristus. Ia menempatkan Kitab Suci sebagai satu-satunya dasar iman. Alkitab adalah otoritas tertinggi bagi setiap orang Kristen dan bagi semua kesempurnaan insani. Bahkan Wycliffe mengafirmasikan bahwa Kitab Suci sebagai hukum Ilahi "par Excillence".
Wycliffe juga menolak bahwa Tuhan melimpahkan kuasa dalam Gereja kepada Paus serta para Uskup dan menolak doktrin Transubstansi sebagai kata tepat untuk menandakan Misteri Ekaristi. Baginya Gereja yang kelihatan di bumi ini harus dibedakan dari Gereja abadi dan sempurna, sehingga dia disebut "Proto Protestan". Lebih lanjut dia mati-matian memerangi ajaran tentang indulgensi, penghormatan kepada Santo-Santa, reliqui, icon suci, ziarah, dan misa arwah.
Sinode London Mei 1382 mengecam 24 dalilnya, 10 diantaranya sesat, yang lainnya salah. Teman-temannya di Oxford kemudian di asingkan dan dipaksa menarik kembali ajaran mereka. Wycliffe sendiri tetap tinggal tidak terusik di parokinya hingga saat ajalnya. Di tempat inilah dia menyebarluaskan tulisan-tulisanya yang kasar dan polimis, baik dalm bahasa Latin maupun dalam bahasa Inggris. Salah satunya berjudul "Trialogues". Sebagai catatan terakhir, bahwa Wycliffe seakan-akan merintis pembukaan jalan bagi reformasi Gereja yang bakal terjadi dalam abad XVI.


DAFTAR PUSTAKA

Kristianto, Eddy. Gagasan yang menjadi peristiwa. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Embuiru, H. Gereja Sepanjang Masa. Nusa Indah Ende- Flores: Arnoldus Ende Flores, 1967.

Heuken, Adolf. Ensiklopedia Gereja. Jilid IX Tr- Z. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya, 2006.

Jedin, Hubert (ed.), History of the Church: From the Hight Middle Ages to the Eve of the Reformation. Volume

Tidak ada komentar:

Posting Komentar