JAN HUSS
I. PENGANTAR
Jan Huss lahir sekitar tahun 1370. Dia mendapatkan gelar Master pada fakultas seni Universitas Praha. Huss menerima tabisan imamat pada tahun 1400. Huss membaktikan dirinya dalam bidang pembelajaran teologi. Kariernya di tengah masyarakat tidak jelas kelanjutannya. Pada saat Huss hidup, keadaan Bohemia (Ceko) masih menjadi tempat keberadaan beberapa bidaah seperti Cathar dan Waldensis. Praktek hidup keagamaan di negeri itu sangat dangkal. Para prelat dan klerus yang kebanyakan berkebangsaan Jerman seringkali mengabaikan kewajiban tinggal ( residensi) dan reksa rohani. Tidak sedikit diantara mereka yang mengesampingkan selibat dan hidup penuh skandal. Mereka tidak terikat pada lembaga kepausan dan hierarki. Kanonik Regular Santo Agustinus dan para rahib Karthusian mempelopori pembaruan pola hidup menggereja. Kaum berjubah ini menebarkan ”devotio moderna” seperti halnya yang berkembang di Belanda, tetapi jemaat Kristen di Bohemia tidak begitu berantusias menanggapinya.
II. AJARAN
Huss adalah seorang imam pengkhotbah yang terkenal dan juga seorang teolog. Ia terpanggil untuk mewartakan Injil secara bebas, memasyarakat, penyambutan komuni dalam dua rupa, serta memberlakukan ketentuan hukum sipil bagi para pelaku dasa berat. Huss mengajarkan bahwa Gereja seharusnya tidak memiliki kekayaan dan hak milik, mengecam korupsi yang terjadi dalam gereja, terutama praktak laksisme di bidang moral oleh para imam, dan melarang campur tangan paus dalam masalah-masalah sipil. Perayaan-perayaan liturgis dan sejumlah doktrin-doktrin yang tidak alkitabiah dilarangnya. Huss menyerang ”aib ” gereja dan dosa para klerus Bohemia, dan juga mempelajari doktrin Wycliffe.
Huss mengkhotbahkan ajaran Wycliffe dengan sangat terbuka, tetapi tanpa kebijaksanaan dan keadilan, dan membangkitkan gairah oposisi di Bohemia. Huss mempunyai karakter yang keras, penampilannya agak arogan, memendam fanatisme yang tidak sehat, disertai jiwa dan rasa nasionalisme yang cenderung chauvinistik. Huss menentang ketetapan indulgensi yang dimaklumkan oleh Paus Yohanes XXIII. Indulgensi paus ditujukan bagi mereka yang berperan serta dalam perang salib untuk memerangi Raja Ladislaus dari Napoli, pendukung Gregorius XII. Bulla paus dibakar dalam suatu kerusuhan di Praha. Paus kemudian menetapkan ekskomunikasi terhadap Huss dan menjatuhkan interdik atas kota Praha pada tahun 1412. Huss kemudian meninggalkan kota Praha, dan kemudian berlindung di Puri Austie.
Di Puri Austie, Huss menulis karya yang berjudul “De Ecclesia” atau On the Church pada tahun 1413. De Ecclesia mengungkapkan bahwa otoritas gerejawi maupun sipil, jika bertentangan dengan hukum Kristus, maka otoritas itu tidak sah. Tidak seorangpun dalam keadaan dosa berat dapat memikul tugas atau tanggungjawab kegerejaan dan sipil. Ekskomunikasi dan sensor gereja bertentangan dengan kristianisme. Dalam waktu sekejap, gerakan dan ajaran Huss nyaris menjiwai seluruh Bohemia.
III. AKHIR HIDUP
Kaisar Sigismundus, saudara kandung Raja Winceslaus berikhtiar menjinakkan pengaruh Huss. Huss diminta datang pada Konsili Konstanz, yang digelar pada bulan November 1414 untuk menunjukkan ortodoksi ajaran dan pandangannya di hadapan para konsiliaris. Hati kecil Huss berharap agar para konsiliaris bertobat dan memeluk doktrin-doktrinnya. Para penentang Huss melawannya dengan gigih. Pada tanggal 4 Mei 1415, ke-45 doktrin ajaran Huss dinyatakan sesat oleh konsili. Huss dipenjarakan, dan pada tanggal 6 Juli 1415, ia ditetapkan sebagai bidaah karena menolak berkompromi dengan gereja. Konsili kemudian menyerahkannya kepada penguasa sipil untuk mengeksekusi hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Pada hari yang sama, eksekusi mati dilaksanakan. Huss mati dengan penuh keberanian, membela dan mempertahankan ajarannya, sambil berdoa dengan penuh bakti kepada Allah segala ciptaan.
JOHN WYCLIFFE (1320-1384)
I. PENGANTAR
John Wycliffe dilahirkan di Yorskire dalam keluarga bangsawan Anglosaxon, dan disegani kepiyawaannya dibidang filsafat dan teologi. Ia sangat mengagumi prinsip kemiskinan Injil. Setelah ditahbiskan menjadi Imam, ia melayani di sebuah paroki kaya di bilangan Lutterworth. Ia sempat membentuk serikat pengkotbah, yang disebut pengkotbah-pengkotbah kemiskinan (Loilard = Imam miskin). Mereka menyangkal harta benda duniawi.
Wycliffe mengenyam pendidikan di Oxford dan kemudian mengajar serta menjadi seorang "bintang" di Universitas Oxford. Dengan penuh kegiatan, ia mempelajari Kitab Kudus. Dan akhirnya dia menarik kesimpulan bahwa ajaran di dalam Kitab Kudus itu dapat dimengerti oleh tiap manusia di bawah pimpinan Roh Kudus, tanpa bantuan teolog dan pemimpin Gereja
II. PERANANNYA
Cita-citanya adalah membentuk suatu Gereja Katolik nasional di Inggris, terlepas dari yuridiksi Paus. Ia tidak setuju dengan ajaran tentang transubstansi. Baginya Tubuh Kristus tidak ada dalam sakramen secara kolporal, melainkan secara sakramental, spiritual dan virtual. Ia juga mengemukakan, Kitab Suci merupakan satu-satunya kriteria bagi setiap tindakan yang dilakukan Gereja. Untuk mempermudah pengenalan Kitab Suci, ia bersama murid-murid terbaiknya menterjemahkan kedalam Bahasa Inggris.
Wycliffe juga mengajarkan bahwa hanya satu Gereja yang mengikuti kerendahan dan kemiskinan Kristus, yakni Gereja yang benar. Dalam konteks ini, ia tidak mengacu sama sekali pada Gereja yang dipimpin Paus di Roma. Akan tetapi dia mendukung kebijakan pemerintah Inggris untuk tidak membantu Gereja dengan pemberian-pemberian.
Dalam ajarannya juga, ia menentang ajaran Gereja mengenai sakramen tobat dan tentang indulgensi. Dia hendak menyerang "hak" paus atas milik lembaga-lembaga gerejani di Inggris dan kebebasan para Klerus dari pengadilan Raja. Akhirnya dia dikecam sebagai seorang penyebar ajaran sesat, namun ia tidak dikejar-kejar melainkan dapat menikmati udara bebas.
Wycliffe melancarkan kritik kapada kuria Roma, karena kemerosotan tata tertib hidup menggereja, guncangan demi guncangan yang disebabkan oleh skisma tidak dilaksanakan secara konsekuen keputusan-keputusan konsili.
Ia mula-mula memperkenalkan pandangan dan ajarannya yang menyulut konflik terbuka terhadap gereja Katolik Roma. Sejak tahun 1376, dalam kotbah dan karyanya [De Divino Domino: De Civili Domonio] ia menyatakan pandangannya berikut; kekuasaan duniawi dan kekayaan meteril merupakan sumber keruntuhan Gereja. Hal-hal tersebut tidak didamaikan sama sekali dengan ajaran Kristus dan Para Rasul; gereja harus miskin; yang paling baik adalah negara mengambil alih semua hak milik dan kekayaan materil Gereja dan menjadikannya hak milik negara; sebagai gantinya Gereja menjamin kehidupan para Imam atau petugas Gereja; persepuluhan dan pengumpulan kolekte untuk indulgensi dinyatakan sebagai Simoni.
Karena tindakan itu, Wycliffe dipandang menentang hak milik kebiaraan. Tarekat Religius baginya tidak lebih dari sekte keagamaan. Lantaran laporan-laporan negatif dari kaum Religius mengenai dirinya, maka Paus Gregorius XI mengecamnya sebagai predator yang merugikan negara dan Gereja sehingga akhirnya dia diekskomunikasi.
Kemudian Wycliffe menegaskan bahwa kepausan adalah suatu lembaga anti Kristus. Ia menempatkan Kitab Suci sebagai satu-satunya dasar iman. Alkitab adalah otoritas tertinggi bagi setiap orang Kristen dan bagi semua kesempurnaan insani. Bahkan Wycliffe mengafirmasikan bahwa Kitab Suci sebagai hukum Ilahi "par Excillence".
Wycliffe juga menolak bahwa Tuhan melimpahkan kuasa dalam Gereja kepada Paus serta para Uskup dan menolak doktrin Transubstansi sebagai kata tepat untuk menandakan Misteri Ekaristi. Baginya Gereja yang kelihatan di bumi ini harus dibedakan dari Gereja abadi dan sempurna, sehingga dia disebut "Proto Protestan". Lebih lanjut dia mati-matian memerangi ajaran tentang indulgensi, penghormatan kepada Santo-Santa, reliqui, icon suci, ziarah, dan misa arwah.
Sinode London Mei 1382 mengecam 24 dalilnya, 10 diantaranya sesat, yang lainnya salah. Teman-temannya di Oxford kemudian di asingkan dan dipaksa menarik kembali ajaran mereka. Wycliffe sendiri tetap tinggal tidak terusik di parokinya hingga saat ajalnya. Di tempat inilah dia menyebarluaskan tulisan-tulisanya yang kasar dan polimis, baik dalm bahasa Latin maupun dalam bahasa Inggris. Salah satunya berjudul "Trialogues". Sebagai catatan terakhir, bahwa Wycliffe seakan-akan merintis pembukaan jalan bagi reformasi Gereja yang bakal terjadi dalam abad XVI.
DAFTAR PUSTAKA
Kristianto, Eddy. Gagasan yang menjadi peristiwa. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Embuiru, H. Gereja Sepanjang Masa. Nusa Indah Ende- Flores: Arnoldus Ende Flores, 1967.
Heuken, Adolf. Ensiklopedia Gereja. Jilid IX Tr- Z. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya, 2006.
Jedin, Hubert (ed.), History of the Church: From the Hight Middle Ages to the Eve of the Reformation. Volume
Jumat, 11 September 2009
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH
GEREJA ANGLIKAN
I Pendahuluan
Negara Jerman adalah pusat perkembangan dari reformasi Prostestan. Babak reformasi ini dipelopori oleh Martin Luther. Luther sukses menggerakan reformasi ini, karena berhasil menentang peraktek penjualan indulgensi yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik. Ia menentang dengan berani memaparkan 95 dalilnya di pintu gerbang Gereja Universitas Wittenberg. Ia berbicara atas nama kebenaran injili. Revolusi keagamaan ini berkembang dengan cepat hingga meluas ke sebagian Jerman Tengah dan Utara, Negara Skandanavia, Denmark, Semenanjung Baltik, dan wilayah Swis yang berbahasa Jerman dan Perancis.
Meluasnya ekspansi gerakan reformasi ini, banyak daerah menyambut baik ide-ide yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Protestan, tetapi ada juga yang menolak karena tidak sesuai dengan tradisi gereja. Gerakan Reformasi ini melahirkan tiga aliran penting dalam gereja, yaitu aliran Luther, Calvin, dan Anglikan.
Diantara keempat aliran ini, penulis membatasi dengan hanya mendalami latar belakang dan sejarah Gereja Anglikan di Inggris. Sejarah dan latar belakang gereja ini dipenuhi pelbagai konflik dan peristiwa. Konflik dan peristiwa itu melibatkan beberapa tokoh penting. Tokoh yang sangat sentral adalah Raja Hennry VIII.
Melihat kenyataan ini, maka penulis memilih gerakan dari aliran ini untuk diuraikan. Tujuan dari uraian ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Gereja Reformasi Semester II, dan memperkaya pengetahuan penulis. Metode yang digunakan penulis adalah mengumpulkan data dari bebagai buku, membaca, dan menyusun berdasarkan tema yang disiapkan.
II Latar Belakang dan Sejarah
Diantara gereja-gereja yang tergolong reformatoris, mungkin gereja Anglikan yang sejarahnya paling rumit. Begitu rumit sehingga, D.L. Hormes (seorang serjana gereja Protestan) berkata, ”Revolusi di dalam Gereja Anglikan belum selesai dan takan pernah selesai” Tetapi sebenarnya seluruh gereja tidak pernah selesai mengalami reformasi. Gereja harus terus-menerus diperbarui. Untuk memahami kerumitan, sejarah, keberadaan, dan keunikan dalam Gereja Anglikan, ada baiknya kita meninjau sejenak kehadiran dan perkembangan gereja di Inggris sejak abad ke-3.
Gereja Di Inggris Hingga Awal Abad Ke-16
Tidak bisa ditetapkan dengan pasti kapan Injil Kristus tersebar di Inggris. Tetapi Tertullianus seorang Bapa Gereja dari awal abad ke-3 mencatat bahwa pada zamannya gereja telah hadir di Inggris. Aliran kekristenan pertama yang berdiri di Inggris adalah kekristenan yang berciri Romano-Britania. Aliran kekristenan kedua adalah aliran yang dikenal dengan istilah Kekristenan Celtic yang biaranya di desa-desa. Aliran kekristenan yang ketiga adalah aliran Katolik Roma, sejak Paus Gregorius mengutus misionaris Agustinus dan kawan-kawan ke Canterbury pada tahun 1597. Masing-masing gereja ini mengklaim hak untuk mempertahankan tradisinya sendiri. Meskipun sejak abad ke-2 Gereja Roma mengkelaim keutamaan dan statusnya sebagai satu-satunya gereja yang sah di dunia.
Demikianlah gereja di Inggris berkembang dari abad ke-6 hingga abad ke-16. Pada masa itu uskup dari Gereja Katolik Roma sangat menekankan persatuan dengan Roma dan otonomi gereja Inggris. Sikap uskup yang kedua ini biasanya sangat erat dengan gereja Inggris. Uskup juga terkadang taat pada raja, misalnya Uskup Lanfranc (1005-1089).
Sementara gereja di Ingris tetap memilihara kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, terutama dalam hal ajaran dan praktek sehari-hari. Sejak abad ke-14 mulai muncul pikiran kritis yang menggugat berbagai segi ajaran maupun peraktek dalam gereja. Misalya, John Wycliffe, sebagai salah seorang perintis reformasi. Cita-citanya adalah memulikan kedudukan Alkitab sebagai otoritas tunggal bagi kehidupan dan ajaran gereja. Untuk itu, Ia memprakarsai terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, kendati hasil terjemahannya dinilai jauh dari cermat.
Gagasan Wycliffe ini dilengkapi dengan gagasan-gagasan teologis lainnya. Semua ini mendorong lahirnya gerakan reformasi di lingkungan gereja Inggris. Faktor-faktor lain lahirnya reformasi gereja Inggris adalah, faktor politis (misalnya, kasus Hennry VIII, maupun semangat nasionalisme yang muncul dalam gereja Anglikan), faktor sosial ekonomi (bangkitnya kekuatan pedagang dan industri), faktor teknologi (penemuan mesin cetak yang mempercepat pendapat dan ajaran baru). Faktor yang paling kuat adalah yang bersifat religius.
Kasus Raja Hennry VIII
Meskipun kekuatan religius menjadi faktor utama, namun yang selalu diacu sebagai pemicu lahirnya Gereja Anglikan adalah serangkaian peristiwa yang terpumpun pada Raja Hennry VIII (1509-1547). Ia mengalami konflik dengan Paus Clemens sehubungan dengan masalah perkawinannya dan secara resmi memutuskan hubungan dengan Roma tahun 1534.
Sebenarnya di bidang ajaran gereja pada mulanya Raja Hennry VIII tidak memiliki masalah dengan Gereja Katolik Roma, bahkan sebelumnya Ia dipuji sebagai Raja yang sangat setia kepada Roma. Berkat salah satu tulisannya, Ia diberi gelar oleh Paus sebagai “pembela iman” Tetapi dalam perkawinannya Ia memiliki masalah, dan menurutnya Paus tidak berkenan menolongnya. Pada tahun 1509, menjelang naik takhta Ia menikah dengan Catharina dari Aragon, puteri Spanyol, janda almahrum abangnya Arthur. Catharina sebenarnya melahirkan banyak anak, tetapi hampir semuanya meninggal pada waktu banyi, yang tersisa hanya satu anak perempuan yaitu, Mary. Pada tahun 1527 (bahkan sudah sejak tahum 1514) Hennry mengajukan permintaan kepada Paus agar membatalkan perkawinannya dengan Catharina, sekaligus meresmikan perkawinannya dengan salah seorang gundiknya, Anna Boleyn. Alasannya adalah Catharina tidak memberinya anak laki-laki dan Ia kuatir bahwa rakyatnya tidak menerima wanita sebagai pewaris takhta kerajaan. Ia menunggu sampai enam tahun tetapi persetujuan dari Paus tak kunjung datang. Sementara Anna Boleyn telah mengandung. Karena itu, pada bulan Januari 1533 Raja Hennry mengambil keputusan untuk menikah Anna Boleyn secara rahasia. Beberapa bulan kemudian, Mei 1533, Thomas Cranmer, Unkup Agung Canterbury (konseptor utama reformasi Inggris) mengumumkan pembatalan perkawinan Raja Hennry dengan Catharina dan pengakuan perkawinannya dengan Anna Boleyn. Tindakan ini kemudian disusul oleh Paus dengan mengeluarkan makhlumat pengucilan (ekskomunikasi) kepada Raja Hennry VIII dan Cranmer, serta pernyataan bahwa anak yang dilahirkan dari perkawinan Henrry dengan Anne Boleyn adalah tidak sah.
Pembatalan perkawinan dengan Catharina tidak sama dengan perceraian. Menurut sejumlah sejarahwan, permintaan pembatalan oleh Raja Hennry ada benarnya karena, perkawinannya dengan Catharina sebenarnya tidak sah dan masuk kategori perkawinan terlarang sebagaimana dikatakan dalam Kitab Imamat 20:21 (yang mengawini isteri saudara ). Kematian beruntun dari anak yang dilahirkan oleh Catharina dipahami Hennry sebagai hukuman dari Allah atas perkawinan terlarang tadi. Sementara itu dicatat juga bahwa pada masa lalu Paus pernah membatalkan perkawinan seperti itu, sehingga patut dipersoalkan dan diguguat. Tetapi sebagian ahli melihat bahwa pemintaan Raja Hennry ini hanyalah dalil untuk menutupi nafsu besarnya (memiliki enam isteri)
Sementara menantikan pembatalan perkawinan itu. Raja Henry yang didukung oleh Uskup Cranmer menyadari bahwa Gereja Inggris tidak perlu terikat pada Paus dan berwenang mengatur dirinya sendiri. Raja tidak perlu tunduk kepada Gereja, sebaliknya berwenang mengatur gereja. Pada masa yang bersamaan Raja melihat bahwa Gereja, terutama biarah-biarah memiliki banyak kekayaan yang dapat menjadi sumber dana untuk membiayai kehidupan pemerintah dan perang. Maka, Raja Hennry mengambil alih semua kekayaan ini di bawah pengelolaan negara.
Gereja Anglikan Menempuh Jalan Sendiri
Sejak tahun 1533 Gereja Anglikan berpisah dengan Gereja Katolik Roma, namun gereja ini tetap mempertahankan struktur yang ada, ada uskup, rohaniwan, gedung-gedung gereja, dan jemaat-jemaat dibawa kendali Uskup Agung Canterbury. Jadi, tak ada lagi dibawah Paus. Sementara dalam hal ajaran, tata ibadah, dan pola organisasi Gereja Anglikan cukup banyak mempertahankan dan memilihara warisan dan tradisi Gereja Katolik Roma . Selain itu gereja Anglikan tetap mengajarkan kebenaran oleh iman dan pokok perselisihan dogmatik sesuai dengan injili. Perwarisan jabatan rasuli diakui dan dijunjung tinggi.
Ajaran dan susunan dari gereja ini mirip dengan Gereja Katolik Roma, karena dasarnya adalah “ Book of common Prayer dan 39 Articles (1553), yang dipersiapkan oleh Uskup Agung Thomas Cranmer, yang dihukum mati oleh ratu Mary (1554). Dalam dokumen itu dibuang setiap ungkapan yang menyatakan ekaristi sebagai kurban. Ajaran tentang ekaristi, gereja ini menganut paham Calvin. Berkat ajaran ini liturgi dan ajaran Gereja Anglikan tercampur antara unsur-unsur Katolik dan Protestan.
Campuran antara unsur Katolik dan Protestan dalam Gereja Anglikan melahirkan tiga aliran yang merupakan kebijakan Ratu Elisabeth I. Ketiga aliran itu adalah sebagai berikut: pertama, aliran High church ( Angola -Katolik ). Aliran ini memberi tekanan kuat pada pembenaran jabatan rasuli, pelayanan rohani, sakramen, dan bentuk- bentuk lahiriah dari ibadah serta menegaskan bahwa Gereja Anglikan adalah perwujudan yang benar dari kekristenan. Kedua, aliran Low Church. Aliran ini berpegang teguh pada jabatan uskup (Suksesi apostolik) dengan Kitab Suci sebagai norma tertinggi. Oleh karena itu, Gereja Anglikan menganggap diri sebagai “jalan tengah” antara Gereja Katolik dan Protestan. Ketiga, aliran Broad Church. Aliran ini kurang memperhatikan ajaran, tetapi sangat menekankan karya sosial. Aliran ini juga banyak menekankan tradisi yang dibangun sejak zaman Elisabeth I, yang menyatakan bahwa Gereja Anglikan merupakan gabungan hal-hal terbaik dari Gereja Katolik Roma dan Protestan.
III Penutup
Gereja Anglikan adalah wujud gereja yang berasal dari gerakan Reformasi Protestan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor terbentuknya Gereja Anglikan di Inggris. Pertama, hasrat Raja Hennry VIII untuk mendapatkan anak laki-laki. Kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme dan anti klerikalisme. Ketiga, meluasnya gagasan-gagasan Luther.
Gereja ini tetap mempertahankan tradisi katolik yang jemaatnya di bawah Uskup Agung Canterbury. Tradisi ini tetap di pertahankan, karena dasarnya adalah dokuman ”Book of Common Prayer dan 39 Articles” yang disiapkan oleh Thomas Cranmer. Berkat dokumen ini, Gereja Anglikan menggunakan ajaran Gereja Katolik Roma dan Protestan .
Melihat sejumlah aliran dan ajaran dalam Gereja Anglikan dapat disimpulkan bahwa gereja ini bersifat kompromistis. Di sisi lain, justru disinilah letak kekuatan gereja ini untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan banyak gereja, meskipun didalamnya terdapat pelbagai perbedaan aliran.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, S. Jan. Berbagai Aliran di dalam Gereja dan Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996.
Berkhom, H, Enklaar H. Sejarah Gereja-Wujud Gereja Anglikan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998.
Hariprabowo, Yakobus. Sejarah Gereja Reformasi-Kontra Revormasi-Vatikan II. Sinaksak: STFT ST. Yohanes.
Heuken Adolf. Gereja Anglikan, dalam Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004.
Holmes, G.R. The Anglican Tradition-A.Handbook of Cources. London: SPCK/Fortress Press,1991.
Laarhoven, Kleopas P. Gereja Abadi dalam Perjanjiannya dari Abad ke Abad. Sibolga: Offset, 1999.
GEREJA ANGLIKAN
I Pendahuluan
Negara Jerman adalah pusat perkembangan dari reformasi Prostestan. Babak reformasi ini dipelopori oleh Martin Luther. Luther sukses menggerakan reformasi ini, karena berhasil menentang peraktek penjualan indulgensi yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik. Ia menentang dengan berani memaparkan 95 dalilnya di pintu gerbang Gereja Universitas Wittenberg. Ia berbicara atas nama kebenaran injili. Revolusi keagamaan ini berkembang dengan cepat hingga meluas ke sebagian Jerman Tengah dan Utara, Negara Skandanavia, Denmark, Semenanjung Baltik, dan wilayah Swis yang berbahasa Jerman dan Perancis.
Meluasnya ekspansi gerakan reformasi ini, banyak daerah menyambut baik ide-ide yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Protestan, tetapi ada juga yang menolak karena tidak sesuai dengan tradisi gereja. Gerakan Reformasi ini melahirkan tiga aliran penting dalam gereja, yaitu aliran Luther, Calvin, dan Anglikan.
Diantara keempat aliran ini, penulis membatasi dengan hanya mendalami latar belakang dan sejarah Gereja Anglikan di Inggris. Sejarah dan latar belakang gereja ini dipenuhi pelbagai konflik dan peristiwa. Konflik dan peristiwa itu melibatkan beberapa tokoh penting. Tokoh yang sangat sentral adalah Raja Hennry VIII.
Melihat kenyataan ini, maka penulis memilih gerakan dari aliran ini untuk diuraikan. Tujuan dari uraian ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Gereja Reformasi Semester II, dan memperkaya pengetahuan penulis. Metode yang digunakan penulis adalah mengumpulkan data dari bebagai buku, membaca, dan menyusun berdasarkan tema yang disiapkan.
II Latar Belakang dan Sejarah
Diantara gereja-gereja yang tergolong reformatoris, mungkin gereja Anglikan yang sejarahnya paling rumit. Begitu rumit sehingga, D.L. Hormes (seorang serjana gereja Protestan) berkata, ”Revolusi di dalam Gereja Anglikan belum selesai dan takan pernah selesai” Tetapi sebenarnya seluruh gereja tidak pernah selesai mengalami reformasi. Gereja harus terus-menerus diperbarui. Untuk memahami kerumitan, sejarah, keberadaan, dan keunikan dalam Gereja Anglikan, ada baiknya kita meninjau sejenak kehadiran dan perkembangan gereja di Inggris sejak abad ke-3.
Gereja Di Inggris Hingga Awal Abad Ke-16
Tidak bisa ditetapkan dengan pasti kapan Injil Kristus tersebar di Inggris. Tetapi Tertullianus seorang Bapa Gereja dari awal abad ke-3 mencatat bahwa pada zamannya gereja telah hadir di Inggris. Aliran kekristenan pertama yang berdiri di Inggris adalah kekristenan yang berciri Romano-Britania. Aliran kekristenan kedua adalah aliran yang dikenal dengan istilah Kekristenan Celtic yang biaranya di desa-desa. Aliran kekristenan yang ketiga adalah aliran Katolik Roma, sejak Paus Gregorius mengutus misionaris Agustinus dan kawan-kawan ke Canterbury pada tahun 1597. Masing-masing gereja ini mengklaim hak untuk mempertahankan tradisinya sendiri. Meskipun sejak abad ke-2 Gereja Roma mengkelaim keutamaan dan statusnya sebagai satu-satunya gereja yang sah di dunia.
Demikianlah gereja di Inggris berkembang dari abad ke-6 hingga abad ke-16. Pada masa itu uskup dari Gereja Katolik Roma sangat menekankan persatuan dengan Roma dan otonomi gereja Inggris. Sikap uskup yang kedua ini biasanya sangat erat dengan gereja Inggris. Uskup juga terkadang taat pada raja, misalnya Uskup Lanfranc (1005-1089).
Sementara gereja di Ingris tetap memilihara kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, terutama dalam hal ajaran dan praktek sehari-hari. Sejak abad ke-14 mulai muncul pikiran kritis yang menggugat berbagai segi ajaran maupun peraktek dalam gereja. Misalya, John Wycliffe, sebagai salah seorang perintis reformasi. Cita-citanya adalah memulikan kedudukan Alkitab sebagai otoritas tunggal bagi kehidupan dan ajaran gereja. Untuk itu, Ia memprakarsai terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, kendati hasil terjemahannya dinilai jauh dari cermat.
Gagasan Wycliffe ini dilengkapi dengan gagasan-gagasan teologis lainnya. Semua ini mendorong lahirnya gerakan reformasi di lingkungan gereja Inggris. Faktor-faktor lain lahirnya reformasi gereja Inggris adalah, faktor politis (misalnya, kasus Hennry VIII, maupun semangat nasionalisme yang muncul dalam gereja Anglikan), faktor sosial ekonomi (bangkitnya kekuatan pedagang dan industri), faktor teknologi (penemuan mesin cetak yang mempercepat pendapat dan ajaran baru). Faktor yang paling kuat adalah yang bersifat religius.
Kasus Raja Hennry VIII
Meskipun kekuatan religius menjadi faktor utama, namun yang selalu diacu sebagai pemicu lahirnya Gereja Anglikan adalah serangkaian peristiwa yang terpumpun pada Raja Hennry VIII (1509-1547). Ia mengalami konflik dengan Paus Clemens sehubungan dengan masalah perkawinannya dan secara resmi memutuskan hubungan dengan Roma tahun 1534.
Sebenarnya di bidang ajaran gereja pada mulanya Raja Hennry VIII tidak memiliki masalah dengan Gereja Katolik Roma, bahkan sebelumnya Ia dipuji sebagai Raja yang sangat setia kepada Roma. Berkat salah satu tulisannya, Ia diberi gelar oleh Paus sebagai “pembela iman” Tetapi dalam perkawinannya Ia memiliki masalah, dan menurutnya Paus tidak berkenan menolongnya. Pada tahun 1509, menjelang naik takhta Ia menikah dengan Catharina dari Aragon, puteri Spanyol, janda almahrum abangnya Arthur. Catharina sebenarnya melahirkan banyak anak, tetapi hampir semuanya meninggal pada waktu banyi, yang tersisa hanya satu anak perempuan yaitu, Mary. Pada tahun 1527 (bahkan sudah sejak tahum 1514) Hennry mengajukan permintaan kepada Paus agar membatalkan perkawinannya dengan Catharina, sekaligus meresmikan perkawinannya dengan salah seorang gundiknya, Anna Boleyn. Alasannya adalah Catharina tidak memberinya anak laki-laki dan Ia kuatir bahwa rakyatnya tidak menerima wanita sebagai pewaris takhta kerajaan. Ia menunggu sampai enam tahun tetapi persetujuan dari Paus tak kunjung datang. Sementara Anna Boleyn telah mengandung. Karena itu, pada bulan Januari 1533 Raja Hennry mengambil keputusan untuk menikah Anna Boleyn secara rahasia. Beberapa bulan kemudian, Mei 1533, Thomas Cranmer, Unkup Agung Canterbury (konseptor utama reformasi Inggris) mengumumkan pembatalan perkawinan Raja Hennry dengan Catharina dan pengakuan perkawinannya dengan Anna Boleyn. Tindakan ini kemudian disusul oleh Paus dengan mengeluarkan makhlumat pengucilan (ekskomunikasi) kepada Raja Hennry VIII dan Cranmer, serta pernyataan bahwa anak yang dilahirkan dari perkawinan Henrry dengan Anne Boleyn adalah tidak sah.
Pembatalan perkawinan dengan Catharina tidak sama dengan perceraian. Menurut sejumlah sejarahwan, permintaan pembatalan oleh Raja Hennry ada benarnya karena, perkawinannya dengan Catharina sebenarnya tidak sah dan masuk kategori perkawinan terlarang sebagaimana dikatakan dalam Kitab Imamat 20:21 (yang mengawini isteri saudara ). Kematian beruntun dari anak yang dilahirkan oleh Catharina dipahami Hennry sebagai hukuman dari Allah atas perkawinan terlarang tadi. Sementara itu dicatat juga bahwa pada masa lalu Paus pernah membatalkan perkawinan seperti itu, sehingga patut dipersoalkan dan diguguat. Tetapi sebagian ahli melihat bahwa pemintaan Raja Hennry ini hanyalah dalil untuk menutupi nafsu besarnya (memiliki enam isteri)
Sementara menantikan pembatalan perkawinan itu. Raja Henry yang didukung oleh Uskup Cranmer menyadari bahwa Gereja Inggris tidak perlu terikat pada Paus dan berwenang mengatur dirinya sendiri. Raja tidak perlu tunduk kepada Gereja, sebaliknya berwenang mengatur gereja. Pada masa yang bersamaan Raja melihat bahwa Gereja, terutama biarah-biarah memiliki banyak kekayaan yang dapat menjadi sumber dana untuk membiayai kehidupan pemerintah dan perang. Maka, Raja Hennry mengambil alih semua kekayaan ini di bawah pengelolaan negara.
Gereja Anglikan Menempuh Jalan Sendiri
Sejak tahun 1533 Gereja Anglikan berpisah dengan Gereja Katolik Roma, namun gereja ini tetap mempertahankan struktur yang ada, ada uskup, rohaniwan, gedung-gedung gereja, dan jemaat-jemaat dibawa kendali Uskup Agung Canterbury. Jadi, tak ada lagi dibawah Paus. Sementara dalam hal ajaran, tata ibadah, dan pola organisasi Gereja Anglikan cukup banyak mempertahankan dan memilihara warisan dan tradisi Gereja Katolik Roma . Selain itu gereja Anglikan tetap mengajarkan kebenaran oleh iman dan pokok perselisihan dogmatik sesuai dengan injili. Perwarisan jabatan rasuli diakui dan dijunjung tinggi.
Ajaran dan susunan dari gereja ini mirip dengan Gereja Katolik Roma, karena dasarnya adalah “ Book of common Prayer dan 39 Articles (1553), yang dipersiapkan oleh Uskup Agung Thomas Cranmer, yang dihukum mati oleh ratu Mary (1554). Dalam dokumen itu dibuang setiap ungkapan yang menyatakan ekaristi sebagai kurban. Ajaran tentang ekaristi, gereja ini menganut paham Calvin. Berkat ajaran ini liturgi dan ajaran Gereja Anglikan tercampur antara unsur-unsur Katolik dan Protestan.
Campuran antara unsur Katolik dan Protestan dalam Gereja Anglikan melahirkan tiga aliran yang merupakan kebijakan Ratu Elisabeth I. Ketiga aliran itu adalah sebagai berikut: pertama, aliran High church ( Angola -Katolik ). Aliran ini memberi tekanan kuat pada pembenaran jabatan rasuli, pelayanan rohani, sakramen, dan bentuk- bentuk lahiriah dari ibadah serta menegaskan bahwa Gereja Anglikan adalah perwujudan yang benar dari kekristenan. Kedua, aliran Low Church. Aliran ini berpegang teguh pada jabatan uskup (Suksesi apostolik) dengan Kitab Suci sebagai norma tertinggi. Oleh karena itu, Gereja Anglikan menganggap diri sebagai “jalan tengah” antara Gereja Katolik dan Protestan. Ketiga, aliran Broad Church. Aliran ini kurang memperhatikan ajaran, tetapi sangat menekankan karya sosial. Aliran ini juga banyak menekankan tradisi yang dibangun sejak zaman Elisabeth I, yang menyatakan bahwa Gereja Anglikan merupakan gabungan hal-hal terbaik dari Gereja Katolik Roma dan Protestan.
III Penutup
Gereja Anglikan adalah wujud gereja yang berasal dari gerakan Reformasi Protestan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor terbentuknya Gereja Anglikan di Inggris. Pertama, hasrat Raja Hennry VIII untuk mendapatkan anak laki-laki. Kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme dan anti klerikalisme. Ketiga, meluasnya gagasan-gagasan Luther.
Gereja ini tetap mempertahankan tradisi katolik yang jemaatnya di bawah Uskup Agung Canterbury. Tradisi ini tetap di pertahankan, karena dasarnya adalah dokuman ”Book of Common Prayer dan 39 Articles” yang disiapkan oleh Thomas Cranmer. Berkat dokumen ini, Gereja Anglikan menggunakan ajaran Gereja Katolik Roma dan Protestan .
Melihat sejumlah aliran dan ajaran dalam Gereja Anglikan dapat disimpulkan bahwa gereja ini bersifat kompromistis. Di sisi lain, justru disinilah letak kekuatan gereja ini untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan banyak gereja, meskipun didalamnya terdapat pelbagai perbedaan aliran.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, S. Jan. Berbagai Aliran di dalam Gereja dan Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996.
Berkhom, H, Enklaar H. Sejarah Gereja-Wujud Gereja Anglikan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998.
Hariprabowo, Yakobus. Sejarah Gereja Reformasi-Kontra Revormasi-Vatikan II. Sinaksak: STFT ST. Yohanes.
Heuken Adolf. Gereja Anglikan, dalam Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004.
Holmes, G.R. The Anglican Tradition-A.Handbook of Cources. London: SPCK/Fortress Press,1991.
Laarhoven, Kleopas P. Gereja Abadi dalam Perjanjiannya dari Abad ke Abad. Sibolga: Offset, 1999.
Renungan Pribadi
RENUNGAN IBADAT SOREH
Teks: Kitab Ul 6: 4-7
Para saudaraku, bacaan yang baru kita dengarkan tadi menampilkan nada ajakan bagi umat Israel untuk mendengar agar percaya kepada Allah. Umat Israel mendengar untuk percaya kepada Allah, karena Allahlah yang paling dekat dalam kehidupan mereka. Kenyataan ini menggambarkan adanya hubungan yang dekat antara Allah dan umat Israel.
Para saudaraku, ini merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Bagaimana nuansa peristiwa ini terjadi dalam komunitas kita sekarang? Hidup dalam satu komunitas, hidup kita tidak terlepas dari orang lain. Sebagaimana yang digambarkan dalam bacaan tadi, umat Israel diajak untuk mendengar agar percaya kepada Allah. Apakah kita juga mendengarkan orang lain yang ada di dekat kita?
Para saudaraku, pada zaman dahulu orang mencari pembimbing untuk mendapat nasehat, namun dewasa ini bahkan sampai pada detik ini banyak orang mencari orang yang dapat mendengarkan dengan sabar. Mengapa? Sebab, sabar mendengar merupakan bukti arti mencintai sesama. Salah satu bentuk konkret dari mencintai adalah “menjadi telinga bagi sesama.”
Kebanyakan orang yang ada di dekat kita suka berbicara, dia menginginkan supaya pembicraannya didengar oleh orang lain, tetapi sering orang yang mendengar pembicaraan itu tidak memberikan perhatian secara penuh. Sikap ini sangat tidak dibutuhkan dalam hidup bersama. Satu ungkapan klasik yang mengingatkan kita akan sikap mendengar ini, yakni: “ Jangan pernah menyela pembicaraan orang, jangan memotong pemicarannya, biarkan dia berbicara.” Kiranya ungkapan ini mengajak kita, untuk menjadi pendengar yang setia bagi sesama.
Para saudaraku...
Mendengar itu mengandaikan sikap terbuka dan rendah hati untuk menerima orang lain guna memperkaya diri.
Mendengar juga berati kita menempatkan diri “ di bawah sesama.” Sekurang-kurangnya saya menganggap dia, dalam hal ini memiliki pengetahuan yang lebih baik dari saya.
Mendengar membutuhkan pengorbanan dan perhatian yang penuh dari sesama.
Saudara-saudaraku, marilah kita saling mendukung dalam panggilan kita, dengan menjadi pendengar yang setia bagi sesama, sebagaimana umat Israel yang diajak untuk mendengar kepada Allah.
Teks: Kitab Ul 6: 4-7
Para saudaraku, bacaan yang baru kita dengarkan tadi menampilkan nada ajakan bagi umat Israel untuk mendengar agar percaya kepada Allah. Umat Israel mendengar untuk percaya kepada Allah, karena Allahlah yang paling dekat dalam kehidupan mereka. Kenyataan ini menggambarkan adanya hubungan yang dekat antara Allah dan umat Israel.
Para saudaraku, ini merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Bagaimana nuansa peristiwa ini terjadi dalam komunitas kita sekarang? Hidup dalam satu komunitas, hidup kita tidak terlepas dari orang lain. Sebagaimana yang digambarkan dalam bacaan tadi, umat Israel diajak untuk mendengar agar percaya kepada Allah. Apakah kita juga mendengarkan orang lain yang ada di dekat kita?
Para saudaraku, pada zaman dahulu orang mencari pembimbing untuk mendapat nasehat, namun dewasa ini bahkan sampai pada detik ini banyak orang mencari orang yang dapat mendengarkan dengan sabar. Mengapa? Sebab, sabar mendengar merupakan bukti arti mencintai sesama. Salah satu bentuk konkret dari mencintai adalah “menjadi telinga bagi sesama.”
Kebanyakan orang yang ada di dekat kita suka berbicara, dia menginginkan supaya pembicraannya didengar oleh orang lain, tetapi sering orang yang mendengar pembicaraan itu tidak memberikan perhatian secara penuh. Sikap ini sangat tidak dibutuhkan dalam hidup bersama. Satu ungkapan klasik yang mengingatkan kita akan sikap mendengar ini, yakni: “ Jangan pernah menyela pembicaraan orang, jangan memotong pemicarannya, biarkan dia berbicara.” Kiranya ungkapan ini mengajak kita, untuk menjadi pendengar yang setia bagi sesama.
Para saudaraku...
Mendengar itu mengandaikan sikap terbuka dan rendah hati untuk menerima orang lain guna memperkaya diri.
Mendengar juga berati kita menempatkan diri “ di bawah sesama.” Sekurang-kurangnya saya menganggap dia, dalam hal ini memiliki pengetahuan yang lebih baik dari saya.
Mendengar membutuhkan pengorbanan dan perhatian yang penuh dari sesama.
Saudara-saudaraku, marilah kita saling mendukung dalam panggilan kita, dengan menjadi pendengar yang setia bagi sesama, sebagaimana umat Israel yang diajak untuk mendengar kepada Allah.
PENGARUH TELEVISI BAGI KAUM RELIGIUS
Tevisi merupakan sarana rekreasi yang memiliki pengaruh sangat besar bagi manusia. Anak-anak sampai orang tua selalu menghabiskan waktu, dengan menyantap sajian yang ditawarkan oleh televisi. Oleh karena itu munculah ungkapan “ manusia sekarang adalah manusia televisi “
Pengaruh televisi pada manusia tidak mengenal usia dan status. Siapapun orangnya, sadar atau tidak sadar, cepat atau lambat pasti akan dipengaruhii. Salah satu kelompok manusia yang sering mendapat pengaruhnya adalah kaum religius. Kaum religius merupakan kelompok manusia yang dipanggil secara khusus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Pewartaan menuntut pengetahuan dan pemikiran yang sangat kritis. Salah satu altarnatif untuk memperoleh pengetahuan dan pemikiran yang kritis adalah memanfaatkan jasa televisi. Hal ini membuat kaum religius dengan mudah dipengaruhi televisi.
Pengaruh televisi pada kaum religius dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, pengaruh positif: televisi sebagai pemberi informasi (informing), dan memberi hiburan (entertaining). Kedua, pengaruh negatif: mendorong bergaya hidup konsumtif, meningkatkan tindakan kekerasan (sadisme), mematikan kreatifitas, dan merusak disiplin waktu. Pengaruh-pengaruh ini akan menjadi problem besar dalam perkembangan hidup kaum religius.
Kaum religius harus bersikap” peka” terhadap pengaruh televisi, agar tidak terjatuh dalam “kegelapan “ yang merugikan diri sendiri. Pengaruh yang positif, sangat membantu perkembangan hidup kaum religius. Pengaruh yang negatif, akan menghambat perkembangan hidup kaum religius. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap kritis dari kaum religius agar tidak menjadi korban televisi.
Tevisi merupakan sarana rekreasi yang memiliki pengaruh sangat besar bagi manusia. Anak-anak sampai orang tua selalu menghabiskan waktu, dengan menyantap sajian yang ditawarkan oleh televisi. Oleh karena itu munculah ungkapan “ manusia sekarang adalah manusia televisi “
Pengaruh televisi pada manusia tidak mengenal usia dan status. Siapapun orangnya, sadar atau tidak sadar, cepat atau lambat pasti akan dipengaruhii. Salah satu kelompok manusia yang sering mendapat pengaruhnya adalah kaum religius. Kaum religius merupakan kelompok manusia yang dipanggil secara khusus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Pewartaan menuntut pengetahuan dan pemikiran yang sangat kritis. Salah satu altarnatif untuk memperoleh pengetahuan dan pemikiran yang kritis adalah memanfaatkan jasa televisi. Hal ini membuat kaum religius dengan mudah dipengaruhi televisi.
Pengaruh televisi pada kaum religius dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, pengaruh positif: televisi sebagai pemberi informasi (informing), dan memberi hiburan (entertaining). Kedua, pengaruh negatif: mendorong bergaya hidup konsumtif, meningkatkan tindakan kekerasan (sadisme), mematikan kreatifitas, dan merusak disiplin waktu. Pengaruh-pengaruh ini akan menjadi problem besar dalam perkembangan hidup kaum religius.
Kaum religius harus bersikap” peka” terhadap pengaruh televisi, agar tidak terjatuh dalam “kegelapan “ yang merugikan diri sendiri. Pengaruh yang positif, sangat membantu perkembangan hidup kaum religius. Pengaruh yang negatif, akan menghambat perkembangan hidup kaum religius. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap kritis dari kaum religius agar tidak menjadi korban televisi.
Kaum awam
KAUM AWAM
(Menurut Lumen Gentium)
I Pegantar
Setelah menguraikan tugas Hierarki, Konsili Suci menaruh perhatianya kepada kaum awam. Ada beberapa hal yang membedakan kaum awam dengan para religius, dan kaum rohani. Perbedaan itu terletak pada tugas perutusan mereka masing-masing. Antara kaum awam pria dan wanita juga memiliki perbedaan, mengingat kedudukan dan perutusan mereka.
Para Gembala gereja betul-betul memahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia, melainkan tugas mereka adalah mengembalakan umat beriman dan mengakui pelayanan-pelayanan serta kurnia (kharisma) sehingga semua orang dengan cara sendiri bekerja sama untuk mendukung karya bersama. Tugas mulia inilah yang mendorong kaum awam untuk terlibat dalam pewartaan hidup mengereja.
II Apa itu istilah “awam “
Istilah “awam” yang dimaksudkan ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani yang berkat babtis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah dengan cara sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus sesuai dengan kemampuan mereka.
Ciri khas dan istimewa dari kaum awam adalah sifat keduniaanya. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari Kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana, dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Kaum awam selalu memancarkan iman, harapan, dan cinta kasih, serta menampakan Kristus kepada sesama.
Jadi tugas mereka yang istimewa adalah menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat melibatkan mereka, sehingga semuanya terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan penebus.
III Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah
Umat Allah yang terpilih adalah “satu Tuhan, satu iman, dan satu babtis “(bdk. Ef 4:5 ). Dari dasar biblis ini, maka martabat kaum awam sebagai anggota umat Allah adalah sama. Karena mereka dilahirkan kembali bersama Kristus sama rahmat para putera, sama panggilan pada kesempurnaan, satu keselamatan, satu harapan, dan tak terbagi cinta kasih. Jadi dalam Kristus dan dalam Gereja tak ada perbedaan.
Kaum awam bersaudarakan Kristus, yang datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (bdk. Mat.20:28 ). Seperti ini juga, kaum awam bersaudarakan mereka yang diangkat dalam pelayanan suci dengan mengajar, menguduskan dan membimbing keluarga Allah, sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan oleh semua orang.
IV Hidup kaum awam berhubungan dengan keselamatan dan kerasulan
Kerasulan kaum awam diikutsertakan dalam perutusan keselamatan Gereja. Melalui pembabtisan dan penguatan, mereka ditugaskan oleh Tuhan untuk kerasulan. Kaum awam di panggil untuk mengadirkan dan mengaktifkan Gereja di daerah-daerah dan keadaan, tempat Gereja tidak dapat menggarami dunia. Karena kurnia-kurnia yang diterima, mereka menjadi saksi dan sarana hidup persekutuan Gereja “menurut ukuran Kristus “ (bdk. Ef 4:7 ).
Kaum awam juga dipanggil untuk bekerja sama secara langsung dengan kerasulan Hierarki. Selain itu mereka diangkat oleh Hierarki untuk menunaikan tugas gerejani. Jadi, kaum awam itu mengemban kewajiban yang mulia, agar rencana keselamatan ilahi semakin mencapai semua orang di segala zaman.
V Keikutsertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat
Kaun awam diikutsertakan dalam tugas imamat untuk melaksanakan ibadat rohani, supaya Allah dimuliakan, dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itu, kaum awam secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya semakin limpah menghasilkan buah-buah roh dalam diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa, usaha kerasulan, kehidupan, dan jerih payah mereka bila dijalankan dalam roh, menjadi korban rohani yang berkenan kepada Allah (bdk. 1 Ptr. 2:5 ). Maka dari itu, kaum awam sebagai penyembah Allah yang hidup suci untuk membaktikan dunia kepada Allah.
VI Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kenabian Kristus
Kristus telah memaklumkan kerajaan Bapa dengan kesaksian hidup dan kekuatan sabda-Nya. Ia menunaikan tugas kenabian-Nya bukan hanya melalui Hierarki, tetapi juga kaum awam. Karena itulah, kaum awam diangkat dan dibekali-Nya dengan perasaan iman dan rakhmat sabda ( bdk. Kis.2:17-18, Why. 19:10 ) agar kekuatan injil bersinar dalam keluarga maupun masyarakat.
Meskipun kaum awam banyak membaktikan diri dalam kerasulan, namun mereka wajib bekerja sama demi penyebaran dan perkembangan kerajaan Kristus. Oleh karena itu, kaum awam harus tekun dalam mendalami arti kebenaran dan sepenuh hati mohon kebijaksanaan dari Allah.
VII Keikutsertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus
Tuhan menginginkan penyebaran kerajaan-Nya melalui kaum awam. Penyebaran kerajaan-Nya itu seperti kerajaan kebenaran dan kehidupan, kesucian dan rakhmat, keadilan, cinta kasih, dan damai. Dalam kerajaan itu makhluk akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan, dan memasuki kebebasan anak-anak Allah (bdk. Rom 8:21).
Selain itu kaum awam juga hendaknya bekerja sama untuk menyehatkan lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi masyarakat, jika ada yang merangsang untuk berdosa. Maksudnya, supaya semua disesuaikan dengan norma-norma keadilan, dan menunjang pengelaman keutamaan-keutamaan.
VIII Hubungan kaum awam dengan Hierarki
Harta kekayaan rohani Gereja kaum awam berhak menerima secara melimpah pelayanan para Hierarkis, terutama bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Hendaklah para awam mengemukakan kebutuhan dan keinginan kepada para Imam dengan kebebasan dan kepercayaan. Ilmu pengetahuan, kompentensi, dan kecakapan yang dimiliki kaum awam, diwajibkan untuk menyatakan pandangan tentang kesejateraan Gereja. Hendaknya ini dijalankan melalui lembaga-lembaga yang didirikan oleh Gereja dengan jujur, tegas, bijaksana, hormat, dan cinta kasih, sebab tugas suci itu bertindak atas nama Kristus.
Hendaklah para awam dengan ketaatan kristiani bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh Gembala Hierarkis sejauh menghadirkan Kristus sebagai guru dan pemimpin dalam gereja. Hendaklah mereka juga selalu mendoakan para pemimpin mereka karena akan memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa, supaya itu mereka jalankan dengan gembira dan tanpa keluh kesah (bdk. Ibr.13:1 ).
Sebaliknya hendaklah para Gembala Hierarkis mengakui dan memajukan martabat kaum awam dalam Gereja. Hendaklah kaum awam diberi kebebasan dalam pengabdian di Gereja. Hendaklah juga kaum Hierarkis memberi perhatian yang diinginkan kaum awam.
Persaudaraan dari kaum awam dan Gembala Hierarki diharapkan banyak manfaat bagi Gereja, supaya kaum awam diteguhkan semangat dan tanggungjawab dalam pelayanan. Sebaliknya dibantu oleh kaum awam, kaum Herarki mengadakan penegasan yang jelas dan tepat mengenai perkara-perkara rohani dan jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja dikukuhkan oleh semua anggotanya secara tepat guna demi perutusan di dunia.
IX Penutup
Kaum awam memiliki peranan yang sangat penting bagi Gereja. Oleh karena itu, kaum awam, wajib menjadi saksi kebangkitan dan kehidupan Tuhan Yesus serta menjadi tanda Allah yang hidup di dunia.
POINT PENTING KAUM AWAM
DARI LUMEN GENTIUM
I pengantar
• Konsili Suci rela mengarahkan perhatian pada kaum awam, karena kaum awam memiliki kedudukan dan perutusan dalam mensejahterakan gereja.
II Apa itu kaum awam
• Semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan Imam atau status religius yang diakui dalam gereja.
• Ciri khas dan istimewa: sifat keduniaanya
III Martabat kaum awam
• Sama, tidak beda (dsr biblis Ef 4:5 :Umat Allah yang terpilih adalah satu Tuhan, iman, babtis)
IV Hidup kaum awam berhubungan dengan keselamatan dan kerasulan
• Melalui pembabtisan dan kekuatan, terlibat dalam kerasulan.
V Keikutsertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat
• Menjadi saksi dan pelayan dalam tugas imamat, demi melaksanakan ibadat rohani (doa-doa dan usaha-usaha kerasulan)
VI Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kenabian
• Mewartakan injil dalam keluarga dan masyarakat.
VII Keikutsertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus
• Mewartakan Kerajaan Allah untuk semua orang( kebenaran dan kehidupan, kesucian, keadilan, cinta kasih dan damai )
VIII Hubungan kaum awam dan Hierarkis
• Hubungan pastoral yang penuh persaudaraan dan persahabatan
IX Penutup
• Kaum awam memiliki peranan yang sangat penting dalam gereja. Oleh karena itu, mereka wajib menjadi saksi kematian dan kebangkitan Kristus.
Oleh: Da Silva
(Menurut Lumen Gentium)
I Pegantar
Setelah menguraikan tugas Hierarki, Konsili Suci menaruh perhatianya kepada kaum awam. Ada beberapa hal yang membedakan kaum awam dengan para religius, dan kaum rohani. Perbedaan itu terletak pada tugas perutusan mereka masing-masing. Antara kaum awam pria dan wanita juga memiliki perbedaan, mengingat kedudukan dan perutusan mereka.
Para Gembala gereja betul-betul memahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia, melainkan tugas mereka adalah mengembalakan umat beriman dan mengakui pelayanan-pelayanan serta kurnia (kharisma) sehingga semua orang dengan cara sendiri bekerja sama untuk mendukung karya bersama. Tugas mulia inilah yang mendorong kaum awam untuk terlibat dalam pewartaan hidup mengereja.
II Apa itu istilah “awam “
Istilah “awam” yang dimaksudkan ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani yang berkat babtis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah dengan cara sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus sesuai dengan kemampuan mereka.
Ciri khas dan istimewa dari kaum awam adalah sifat keduniaanya. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari Kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana, dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Kaum awam selalu memancarkan iman, harapan, dan cinta kasih, serta menampakan Kristus kepada sesama.
Jadi tugas mereka yang istimewa adalah menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat melibatkan mereka, sehingga semuanya terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan penebus.
III Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah
Umat Allah yang terpilih adalah “satu Tuhan, satu iman, dan satu babtis “(bdk. Ef 4:5 ). Dari dasar biblis ini, maka martabat kaum awam sebagai anggota umat Allah adalah sama. Karena mereka dilahirkan kembali bersama Kristus sama rahmat para putera, sama panggilan pada kesempurnaan, satu keselamatan, satu harapan, dan tak terbagi cinta kasih. Jadi dalam Kristus dan dalam Gereja tak ada perbedaan.
Kaum awam bersaudarakan Kristus, yang datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (bdk. Mat.20:28 ). Seperti ini juga, kaum awam bersaudarakan mereka yang diangkat dalam pelayanan suci dengan mengajar, menguduskan dan membimbing keluarga Allah, sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan oleh semua orang.
IV Hidup kaum awam berhubungan dengan keselamatan dan kerasulan
Kerasulan kaum awam diikutsertakan dalam perutusan keselamatan Gereja. Melalui pembabtisan dan penguatan, mereka ditugaskan oleh Tuhan untuk kerasulan. Kaum awam di panggil untuk mengadirkan dan mengaktifkan Gereja di daerah-daerah dan keadaan, tempat Gereja tidak dapat menggarami dunia. Karena kurnia-kurnia yang diterima, mereka menjadi saksi dan sarana hidup persekutuan Gereja “menurut ukuran Kristus “ (bdk. Ef 4:7 ).
Kaum awam juga dipanggil untuk bekerja sama secara langsung dengan kerasulan Hierarki. Selain itu mereka diangkat oleh Hierarki untuk menunaikan tugas gerejani. Jadi, kaum awam itu mengemban kewajiban yang mulia, agar rencana keselamatan ilahi semakin mencapai semua orang di segala zaman.
V Keikutsertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat
Kaun awam diikutsertakan dalam tugas imamat untuk melaksanakan ibadat rohani, supaya Allah dimuliakan, dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itu, kaum awam secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya semakin limpah menghasilkan buah-buah roh dalam diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa, usaha kerasulan, kehidupan, dan jerih payah mereka bila dijalankan dalam roh, menjadi korban rohani yang berkenan kepada Allah (bdk. 1 Ptr. 2:5 ). Maka dari itu, kaum awam sebagai penyembah Allah yang hidup suci untuk membaktikan dunia kepada Allah.
VI Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kenabian Kristus
Kristus telah memaklumkan kerajaan Bapa dengan kesaksian hidup dan kekuatan sabda-Nya. Ia menunaikan tugas kenabian-Nya bukan hanya melalui Hierarki, tetapi juga kaum awam. Karena itulah, kaum awam diangkat dan dibekali-Nya dengan perasaan iman dan rakhmat sabda ( bdk. Kis.2:17-18, Why. 19:10 ) agar kekuatan injil bersinar dalam keluarga maupun masyarakat.
Meskipun kaum awam banyak membaktikan diri dalam kerasulan, namun mereka wajib bekerja sama demi penyebaran dan perkembangan kerajaan Kristus. Oleh karena itu, kaum awam harus tekun dalam mendalami arti kebenaran dan sepenuh hati mohon kebijaksanaan dari Allah.
VII Keikutsertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus
Tuhan menginginkan penyebaran kerajaan-Nya melalui kaum awam. Penyebaran kerajaan-Nya itu seperti kerajaan kebenaran dan kehidupan, kesucian dan rakhmat, keadilan, cinta kasih, dan damai. Dalam kerajaan itu makhluk akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan, dan memasuki kebebasan anak-anak Allah (bdk. Rom 8:21).
Selain itu kaum awam juga hendaknya bekerja sama untuk menyehatkan lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi masyarakat, jika ada yang merangsang untuk berdosa. Maksudnya, supaya semua disesuaikan dengan norma-norma keadilan, dan menunjang pengelaman keutamaan-keutamaan.
VIII Hubungan kaum awam dengan Hierarki
Harta kekayaan rohani Gereja kaum awam berhak menerima secara melimpah pelayanan para Hierarkis, terutama bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Hendaklah para awam mengemukakan kebutuhan dan keinginan kepada para Imam dengan kebebasan dan kepercayaan. Ilmu pengetahuan, kompentensi, dan kecakapan yang dimiliki kaum awam, diwajibkan untuk menyatakan pandangan tentang kesejateraan Gereja. Hendaknya ini dijalankan melalui lembaga-lembaga yang didirikan oleh Gereja dengan jujur, tegas, bijaksana, hormat, dan cinta kasih, sebab tugas suci itu bertindak atas nama Kristus.
Hendaklah para awam dengan ketaatan kristiani bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh Gembala Hierarkis sejauh menghadirkan Kristus sebagai guru dan pemimpin dalam gereja. Hendaklah mereka juga selalu mendoakan para pemimpin mereka karena akan memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa, supaya itu mereka jalankan dengan gembira dan tanpa keluh kesah (bdk. Ibr.13:1 ).
Sebaliknya hendaklah para Gembala Hierarkis mengakui dan memajukan martabat kaum awam dalam Gereja. Hendaklah kaum awam diberi kebebasan dalam pengabdian di Gereja. Hendaklah juga kaum Hierarkis memberi perhatian yang diinginkan kaum awam.
Persaudaraan dari kaum awam dan Gembala Hierarki diharapkan banyak manfaat bagi Gereja, supaya kaum awam diteguhkan semangat dan tanggungjawab dalam pelayanan. Sebaliknya dibantu oleh kaum awam, kaum Herarki mengadakan penegasan yang jelas dan tepat mengenai perkara-perkara rohani dan jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja dikukuhkan oleh semua anggotanya secara tepat guna demi perutusan di dunia.
IX Penutup
Kaum awam memiliki peranan yang sangat penting bagi Gereja. Oleh karena itu, kaum awam, wajib menjadi saksi kebangkitan dan kehidupan Tuhan Yesus serta menjadi tanda Allah yang hidup di dunia.
POINT PENTING KAUM AWAM
DARI LUMEN GENTIUM
I pengantar
• Konsili Suci rela mengarahkan perhatian pada kaum awam, karena kaum awam memiliki kedudukan dan perutusan dalam mensejahterakan gereja.
II Apa itu kaum awam
• Semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan Imam atau status religius yang diakui dalam gereja.
• Ciri khas dan istimewa: sifat keduniaanya
III Martabat kaum awam
• Sama, tidak beda (dsr biblis Ef 4:5 :Umat Allah yang terpilih adalah satu Tuhan, iman, babtis)
IV Hidup kaum awam berhubungan dengan keselamatan dan kerasulan
• Melalui pembabtisan dan kekuatan, terlibat dalam kerasulan.
V Keikutsertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat
• Menjadi saksi dan pelayan dalam tugas imamat, demi melaksanakan ibadat rohani (doa-doa dan usaha-usaha kerasulan)
VI Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kenabian
• Mewartakan injil dalam keluarga dan masyarakat.
VII Keikutsertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus
• Mewartakan Kerajaan Allah untuk semua orang( kebenaran dan kehidupan, kesucian, keadilan, cinta kasih dan damai )
VIII Hubungan kaum awam dan Hierarkis
• Hubungan pastoral yang penuh persaudaraan dan persahabatan
IX Penutup
• Kaum awam memiliki peranan yang sangat penting dalam gereja. Oleh karena itu, mereka wajib menjadi saksi kematian dan kebangkitan Kristus.
Oleh: Da Silva
Langganan:
Komentar (Atom)